Sunday, October 12, 2014

Tips Keuangan untuk Ekspatriat di Uni Emirat Arab (Sebuah Pengalaman Pribadi)

Beberapa Tips Keuangan untuk para Ekspatriat di Uni Emirat Arab (Sebuah Pengalaman Pribadi). Jika Anda mendapatkan 7.000 – 15.000 Dirham per bulan dan mengeluh tidak punya uang di akun bank anda di akhir bulan, maka dapat dipastikan masa pensiun dan hari tua anda setelah bekerja sekian lama di Uni Emirat Arab tidak akan lebih baik daripada seorang office boy yang rajin menabung. Ya, ini adalah kenyataan menyedihkan bagi ribuan ekspatriat yang datang ke Uni Emirat Arab dengan mimpi besar untuk mendapatkan penghasilan yang banyak, tapi pada akhirnya bangkrut tanpa tabungan sedikitpun.

 Gaya hidup mewah dan kaget jadi OKB (orang kaya baru) adalah merupakan faktor utama penyebab kebangkrutan ini. Dengan penghasilan yang besar 10 kali lipat gaji dari profesi yang sama di negeri kita Indonesia harusnya seorang ekspat bisa lebih baik secara ekonomi, tapi kalau tidak bisa mengontrol diri untuk hidup sederhana maka gaji yang besar itu takan ada artinya. Padahal penghasilan yang besar dan bebas pajak seharusnya bisa membuat masa depan cerah dan tabungan yang berlimpah.

  Kebiasaan makan di restaurant dan belanja gadget elektronik yang tidak penting kadang tak terasa menguras jatah tabungan kita. Diskon khusus, festival belanja musim panas, dan berbagai trik pemasaran memang sangat menggiurkan di sini, dan kebanyakan dari kita selalu tergoda. Tinggal di villa dan apartemen yang besar, biaya sekolah yang tinggi merupakan pengeluaran tetap bulanan yang paling menguras penghasilan ekspatriat di sini, hampir 50 % gaji hanya untuk pos yang satu ini. 

Membuat daftar prioritas kebutuhan pokok adalah sesuatu yang harus dilakukan badi seorang ekspatriat. Kebutuhan sekunder lainnya yang nggak terlalu penting harusnya dipenuhi setelah biaya dasar hidup dan tabungan bulanan telah tercukupi atau sesuai budget pengeluaran . Hutang pribadi tanpa tujuan yang jelas juga merupakan perangkap yang gampang sekali menjerat ekspat. Kemudahan berutang tanpa jaminan dan lewat telpon memang sangat menggiurkan. Hati-hatilah jika akan berhutang ke bank. Tapi yang satu ini memang membuat kita terpaksa “betah” di sini. 

Belum adanya lembaga yang mengelola dana pensiun ekspat harusnya membuat kita rajin menabung untuk masa pensiun tapi kebanyak kita (maksudnya saya) tidak memikirkannya. Menginvestasikan dana lebih kita di negeri sendiri adalah suatu keharusan, walaupun tidak ada bakat bisnis, investasi pasif pun akan menguntungkan dalam jangka panjang. Iklim yang terlalu panas di Uni Emirat Arab ini sering menyebabkan para ekspatriat melakukan hal-hal lain untuk menghindari kejenuhan di dalam rumah. Mereka suka berjalan-jalan ke Mall yang akhirnya pulang dengan membawa barang-barang yang sebenarnya tak diperlukan tapi tak terasa menghabiskan separoh dompetnya. Di Uni Emirat Arab ekspatriat sangat mudah untuk mendapatkan kartu kredit, banyak diantara kita kebobolan karena tidak bijaksana menggunakannya, termasuk penulis sendiri pernah mengalaminya. 

Beberapa tip untuk ekspatriat untuk bisa bertahan dan bermasa depan: 
1. Jika anda bisa menyimpan 20 % gaji diawal bulan adalah langkah pertama yang baik.
2. Memiliki dana darurat sebesar 2-3 bulan gaji anda. 
3. Jangan menempatkan telur dalam 1 keranjang. Artinya anda bisa menanamkan uang tidak dalam satu wadah bisnis atau investasi yang sama.
4. Konsultasi dengan penasehat keuangan biar tambah wawasan tentang manajemen keuangan dan cara investasi yang menguntungkan. 5. Hiduplah untuk hari ini tapi jangan lupa merencanakan untuk besok lusa.
6. Kirimkan uang ke bapak-ibu, sanak saudara sesuai dengan kebutuhan, rejeki anda insya Alloh jadi lebih lancar.
7. Jangan membeli mobil baru kalau masih ada mobil lain yang masih berfungsi. 
8. Sekali lagi menabung, tak ada orang yang menyesal karena menabung. Susah ya ?? tapi selamat mencoba.
Al Ain 12 Oktober 2014 by Imam Abu Ahmad.

Wednesday, September 3, 2014

Mengajarkan Anak Menghapal Alquran

Mengajarkan anak menghapal Alquran tidak mensyaratkan kita sebagai orang tua harus seorang hafiz Quran. Setidaknya kita dulu pernah mengaji dan pasti punya beberapa hapalan Quran walaupun surat-surat terpendek, ajarkan yang kita hapal dan sisanya bisa belajar di masjid-masjid terdekat, TPA ataupun Pondok pesantren yang menjamur di dekat rumah kita. Sebagai orang tua, tugas kita adalah memfasilitasi dan memotivasi anak supaya senang belajar dan menghapal Alquran. Anak paling senang kalau mendapat hadiah apapun dari orang tua. Jika anak kita berprestasi sebagai orang tua seharusnya memberi reward sehingga anak semakin bersemangat karena usahanya dihargai.Menurut pengalaman penulis orang tua lebih sering memberikan hukuman instant jika anak melakukan kesalahan, tapi disisi lain orang tua jarang memberikan penghargaan spontan ketika anak berprestasi. Mulailah mengajarkan anak menghapal Alquran dari surat-surat terpendek di juz Amma (jus 30),Janganlah beri hapalan surat baru kalau anak belum hapal betul. (bersambung)

Monday, September 1, 2014

Melatih Anak Sholat

Melatih Anak Sholat. Megajarkan dan melatih anak sholat sebaiknya dimulai sedini mungkin. Bisa saja memulai sejak anak bisa berdiri yaitu umur sekitar 1-2 tahun. Hal pertama yang bisa dilakukan oleh orang tua (biasanya Ibu) adalah mengajak anak-anak ikut sholat saat kita mau sholat. Pada tahap ini bacaan sholat adalah tidak penting, yang terpenting adalah anak itu mengikuti gerakan kita semampunya. Target awalnya adalah "Membiasakan", jadi peran ibu rumah tangga disini sangat penting, mungkin anak tidak akan mengikuti seluruh gerakan sholat kita secara lengkap tapi minimal dalam beberapa bulan kedepan tanpa disadari anak akan mengikuti kita saat kita sholat tanpa diajak atau disuruh-suruh. kadang melatih kebiasan anak untuk ikut sholat dengan kita itu perlu waktu sampai 1 tahun dan ketelatenan dan kesabaran kita sangat diperlukan. Sambil berjalannya waktu kita juga harus mengajari anak kita bacaan sholat pendek dan sederhana. Juga doa-doa harian yang pendek biasanya anak akan senang dan dengan cepat bisa menghapalkannya.Anak jangan dimarahi,kadang ketika mereka ikut sholat dengan kita mereka sering bermain-main sehingga kita merasa terganggu dan menjadikan sholat kita tidak khusu'. Perlu dipahami dunia anak adalah dunia bermain, tapi bukan berarti mereka bebas bermain sesukanya tanpa bimbingan orang tua. Belajar saat bermain kadang hasilnya lebih baik daripada kita mengalokasikan waktu khusus belajar anak atau sesuai dengan jadwal waktu senggang kita. Saat bermain suasana hati dan pikiran anak lebih senang, kalau kita bisa menyisipkan sesuatu yang bermanfaat seperti mengajarkan bacaan sholat yang pendek, pasti anda akan kaget melihat hasilnya. Kenyataan yang sering terjadi tapi kadang kita tak menyadarinya yaitu; ketika kita mau sholat kita malah sering menyuruh anak kita untuk pergi main. "Ayo sana main di luar!! ibu mau sholat". Mungkin dalam pikiran kita maksudnya kalau anak main di luar, sholat kita tidak terganggu sehingga kita bisa lebih khusu'. Seandainya kebiasaan kita sebagai orang tua seperti itu maka bukan tidak mungkin suatu hari ketika kita mau mengajak sholat malah mereka lari keluar untuk bermain. Jadi mengajak anak ikut serta dalam sholat adalah jauh lebih baik daripada membiarkan anak bermain sendiri, setidaknya mereka melihat kita sholat bukan menonton televisi. Wassalam. (Bersambung) Selamat mencoba. Di bawah ini adalah video anak kami saat mereka latihan sholat taraweh di rumah.