Sunday, November 13, 2011

NONTON FILM YES BUT… NO SARUNG PLEASE!!

NONTON FILM YES BUT… NO SARUNG PLEASE!!
Tahukah anda ? Kalau orang Indonesia pakai sarung pasti kebanyakan mereka pergi ke masjid atau mau tidur buat selimutan . Tapi di sini (Uni Emirat Arab) orang India memakai sarung bisa anda jumpai di mana saja, di Mall, di pasar, di jalan, di warung, di kebun, di rumah sakit, dah pokoknya di mana saja ada.

Sarung / lungi (baca:longgi) bagi sebagian besar orang India memang merupakan pakaian adat/ wajib sehari-hari, disamping praktis dipakai juga modelnya sederhana nggak neko-neko karena memang nggak bisa di ubah modelnya wong cuma “sarung” gitu, paling cuma warna atau motifnya saja yang berubah. Sarung sangat praktis dipakai dan juga tidak memnghambat mobilisasi, enak dipakai saat santai maupun kerja, bahkan tuk acara resmi juga bisa, juga bisa tuk berkebun atau tuk selimut tidur. Jadi memang bener-benar multi fungsi.


Di Emirat film India sangat digemari dan popular, disamping orang India sebagai penggemar utamanya ada juga orang arab yang hobby-nya nonton film India, bahkan ada stasiun TV arab khusus hanya memutar Film India lengkap dengan terjemahan bahasa arab dan kadang full Arabic dubbing namanya Zee Aflam TV. Jadi kalau ada film” India baru” mesti dipadati oleh orang India dan orang arab dengan prosentase 70 banding 30.

Kenapa kok pakai sarung dilarang nonton?
Biasanya orang arab menikmati weekend dengan seluruh anggota keluarganya , mereka biasanya ngumpul di taman, kafe, dan tentu saja ke bioskop nonton film . Bawa istri-istri (bagi yg double) dan anak-anaknya (termasuk ABG putrinya). Maka permasalahan berawal dari sini. Orang arab merasa risih melihat orang India ke Cinema cuma pakai sarung (padahal biasanya mereka juga pakai celana pendek atau sempak sebagai daleman). Kebalikannya Kalau orang lokal (arab) mereka pakai sarung juga tapi luarnya pakai kandoura (jubah) jadi nggak kelihatan, istilah kita sarung sebagai daleman aja tapi satu lagi yang perlu anda ketahui bahwa mereka nggak pernah pakai sempak/ cawat atau yang sejenisnya bahkan celana pendek jika mereka memakai kandoura. Nah lho ??

Menurut mereka ke bioskop dengan hanya memakai sarung “dianggap” “kelihatannya kurang sopan, agak norak dan terkesan kumuh. Sarung lebih pas untuk ke masjid atau untuk nyantai di rumah. Masih menurut mereka, kebanyakan mereka memakai sarung tidak sebagaimana mestinya yaitu terlalu tinggi jadi hampir setengah kakinya kelihatan, harusnya mereka memakai sarung sampai ke pergelangan kaki. Mereka merasa kurang nyaman dengan pemandangan seperti ini dimana disamping mereka para istri dan anak gadisnya ikut nonton.

Reaksi mereka ?
Kata mereka, sejak kecil kami memakai sarung, sarung adalah bagian dari kehidupan kami dan juga kami berpuluh-puluh tahun nonton film pakai sarung nggak jadi masalah, kenapa kok sekarang ada larangan pakai sarung ??? ini termasuk diskriminasi.

"Kalau mau adil, banyak juga cewek ABG yang pakaiannya sedikit terbuka dan terlihat sexy dan seronok ikutan nonton, sebaiknya mereka saja yang ditertibkan", katanya.

Menurut hemat penulis, pelarangan sarung masuk biskop punya alasan etika dan estetika, orang nonton film kok pakai sarung ??? nggak keren blass ya? kalau nontonnya di rumah sih pasti nggak jadi masalah, mungkin kalau di Indonesia dikira jamaah pengajian yang mau sholat taraweh ??? ha ha ha.

Kebanyakan mereka memakai sarung terlalu tinggi sehingga setengah kakinya terlihat, memang bagi mereka terasa lebih praktis, kalau pengin duduk tinggal dilipat dan diangkat sedikit di atas dengkul maka udah seperti celana kolor. Sekali lagi kalau pemandangan ini dilihat di sawah atau di kebun pasti nggak jadi masalah tapi ini di Mall di cinema.

Sekali lagi ini bukan India atau Indonesia dimana rok mini bisa bebas jalan jalan kemana saja, walaupun banyak turist dari Negara barat tapi mereka tetap diminta untuk menghormati adat local, itulah sebabnya begitu anda masuk pusat belanja ataupun pusat pelanyanan umum lainnya mesti anda melihat peringatan bahwa pengunjung harus memakai pakaian yang sopan, jadi sebebas apapun adat istiadat anda tetap harus menjaga etika, mungkin pepatah jawa ini pas maknanya ‘Deso mowo coro negoro mowo toto’ .

Jadi dengan alasan etika dan estetika cukuplah aturan larangan ke bioskop itu jadi sah. Wallohu a’lam

No comments: