Pengertian I'rob (الإعراب)I'rob adalah perubahan akhir kata karena perbedaan 'amil yang masuk pada kata tersebut, baik secara lafadz (jelas) atau muqoddaroh (tersembunyi). (Sumber: matan Al Ajrumiyyah)
perubahan Maksudnya adalah perubahan dari dhommah ke fathah, dari fathah ke kasroh, dari dhommah ke sukun, dst.
akhir kata I'rob hanya membahas akhir kata saja, tidak di depan dan tidak di tengah kata.
karena perbedaan 'amil yang masuk ke dalam kalimat. Perbedaan 'amil akan mengakibatkan perbedaan kedudukan suatu kata di dalam kalimat. Jadi perubahan akhir kata disebabkan oleh kedudukannya (sebagai subjek, objek, dst) yang berbeda-beda di dalam kalimat.
secara lafadz Tanda akhir katanya jelas, terlihat, dan terbaca, seperti dhommah, fathah, kasroh atau muqoddaroh. Tanda akhir katanya tidak terlihat dan tidak terbaca, dan ini dialami oleh kata-kata yang berakhiran huruf 'illah (huruf berpenyakit). Huruf-huruf 'illah ada 3 : alif (ى / ا), ya (ي), dan wawu (و).
Contoh I'rob
Kalimat جَـاءَ زيَـْدٌ (jaa-a Zaidun) = Zaid telah datang.
Kata زيَـْدٌ (Zaidun) berakhiran dhommah. Kenapa dhommah? Karena 'amil dari kalimat ini (yaitu جَـاءَ = telah datang) menyebabkan kedudukan Zaid menjadi subjek (yang datang adalah si Zaid). Secara kaidah (yang nanti akan lebih dijelaskan lagi), bahwa subjek ber-i'rob rofa', dan tanda rofa' adalah dhommah.
Kalimat رَأيْتُ زَيْداً (ro-aitu Zaidan) = Saya melihat Zaid.
Kata زَيْداً (Zaidan) berakhiran fathah. Kenapa fathah? Karena 'amil dari kalimat ini (yaitu رَأيْتُ = saya melihat) menyebabkan kedudukan Zaid menjadi objek (yang dilihat adalah si Zaid). Secara kaidah (yang nanti akan lebih dijelaskan lagi), bahwa objek ber-i'rob nashob, dan tanda nashob adalah fathah.
Kalimat مَرَرْتُ بِزَيْدٍ (marortu bi Zaidin) = Saya berpapasan dengan Zaid.
Kata زَيْدٍ (Zaidin) berakhiran kasroh. Kenapa kasroh? Karena 'amil dari kalimat ini adalah huruf jarr (yaitu : بِ (bi) = dengan), dan setiap kata benda yang didahului oleh huruf jarr, maka i'robnya adalah jarr (khofadh), dan tandanya adalah dengan kasroh.
Kata "Zaid" (زيَـْد) pada ketiga kalimat di atas mengalami perubahan di akhir katanya secara lafadz (jelas terlihat dhommah, fathah, dan kasrohnya). Jika kata "Zaid" (زيَـْد) diganti dengan "Musa" (مُوْسَى), maka perubahannya tidak secara lafadz, tetapi secara muqoddaroh, karena kata مُوْسَى mengandung huruf 'illah di akhirnya , yaitu alif (ى). Maka kalimatnya akan menjadi:
جَـاءَ مُوْسَى (jaa-a Muusaa) = Musa telah datang.
رَأيْتُ مُوْسَى (ro-aitu Muusaa) = Saya melihat Musa.
مَرَرْتُ بِمُوْسَى (marortu bi Muusa) = Saya berpapasan dengan Musa.
Perhatikan, kata (مُوْسَى) tidak terlihat mengalami perubahan, namun sebenarnya kata "Musa" (مُوْسَى) pada ketiga kalimat di atas mengalami perubahan (dhommah, fathah, dan kasroh) seperti yang dialami oleh kata "Zaid" زيَـْد, akan tetapi perubahannya secara muqoddaroh (tersembunyi).
Macam-macam I'rob
Tadi sudah sekilas disinggung tentang macam-macam i'rob. I'rob terdiri dari 4 macam:
Rofa' (رَفْعٌ)
Tanda aslinya adalah dhommah
Nashob (نَصْبٌ)
Tanda aslinya adalah fathah
Jarr (جَرٌّ) atau Khofad (خَفْضٌ), untuk selanjutnya kita gunakan "jarr".
Tanda aslinya adalah kasroh
Jazm (جَزْمٌ)
Tanda aslinya adalah sukun
Catatan
Catatan pertama:
isim (kata benda) hanya memiliki 3 jenis i'rob, yaitu rofa', nashob, dan jarr.
fi'il mudhori' (kata kerja masa sekarang/akan datang), i'robnya juga 3, yaitu rofa', nashob, dan jazm.
fi'il madhi (kata kerja masa lampau), i'robnya tidak ada, karena fi'il madhi tidak bisa mengalami perubahan pada akhir katanya.
huruf, i'robnya juga tidak ada, huruf dihukumi mabni seperti fi'il madhi, yaitu tidak bisa mengalami perubahan pada akhir katanya.
Catatan kedua:
Tidak semua isim memiliki i'rob.
Ada beberapa isim yang tidak bisa mengalami perubahan di akhir katanya, seperti هذا (hadza) = ini, الذي (alladzi) = yang, مَتَى (mataa) = kapan, dll. Isim-isim ini dinamakan isim mabni, sementara isim-isim yang dapat mengalami perubahan di akhir katanya (yang memiliki i'rob) dinamakan isim mu'rob.
Catatan ketiga:
Tidak semua tanda rofa' itu dhommah, tanda nashob itu fathah, tanda jarr itu kasroh, tanda jazm itu sukun.
Tanda-tanda tersebut hanya berlaku untuk isim mufrod (seperti "Zaid" dan "Musa" pada contoh di atas) dan jama' taksir (yang bukan ghoiru munshorif).
Adapun isim-isim lainnya, seperti isim mutsanna, isim jama' muannats salim, isim jama' mudzakkar salim, isim asmaa-ul khomsah, isim ghoiri munshorif, isim maqshur, dan isim manqush memiliki tanda-tanda rofa', nashob, dan jarr yang agak berbeda. InsyaAllah akan dibahas pada Pelajaran Nahwu 4 (tanda-tanda i'rob untuk semua isim tersebut).
Catatan keempat:
Tidak semua yang rofa' itu subjek, Tidak semua yang nashob itu objek, dan Tidak semua yang jarr itu yang diawali oleh huruf jarr.
Nanti akan dibahas pada pelajaran berikutnya, kedudukan-kedudukan apa saja yang menyebabkan isim (kata benda) ber-i'rob rofa', nashob, dan jarr. Dan apa saja yang menyebabkan fi'il mudhori' (kata kerja sekarang/masa depan) ber-i'rob rofa', nashob, dan jazm. Sebagai bayangan,
isim yang ber-i'rob rofa', selain fa'il (subjek), juga naibul fa'il, mubtada', khobar, isim kaana, dan khobar inna..
isim yang ber-i'rob nashob, selain maf'ulun bihi (objek), juga khobar kaana, isim inna, maf'ul muthlaq, istitsna, haal, tamyiz, dll
isim yang ber-i'rob jarr, selain majrur (yang didahului oleh huruf jarr), juga mudhof ilaihi.
fi'il (mudhori') yang ber-i'rob nashob adalah yang didahului oleh alat-alat penashob, seperti أَنْ (an), حتى (hatta), dll.
fi'il yang ber-i'rob jazm adalah yang didahului oleh alat-alat penjazm, seperti لَـمْ (lam), dll.
fi'il yang ber-i'rof rofa' adalah yang tidak didahului oleh alat penashob ataupun alat penjazm.
Tuesday, August 25, 2009
Orang - Orang yang Didoakan oleh Malaikat
Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, "Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang - orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati - hati karena takut kepada-Nya." (Qs. Al Anbiyaa': 26-28)
Inilah orang-orang yang didoakan oleh para malaikat:
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci.'" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
2. Orang yang duduk menunggu shalat. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia.'" (Shahih Muslim no. 469)
3. Orang-orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat. Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan." (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
4. Orang-orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf). Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf." (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)
5. Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu." (Shahih Bukhari no. 782)
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia.'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)
7. Orang-orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat.'" (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' radliyallaahu 'anhu, bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan.'" (Shahih Muslim no. 2733)
9. Orang-orang yang berinfak. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak.' Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit.'" (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)
10. Orang yang makan sahur. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur." (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
11. Orang yang menjenguk orang sakit. Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh." (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")
12. Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain." (dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)
Maraji':
Disarikan dari buku Orang-Orang yang Didoakan Malaikat, Syaikh Fadhl Ilahi, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005
Inilah orang-orang yang didoakan oleh para malaikat:
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci.'" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
2. Orang yang duduk menunggu shalat. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia.'" (Shahih Muslim no. 469)
3. Orang-orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat. Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan." (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
4. Orang-orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf). Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf." (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)
5. Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu." (Shahih Bukhari no. 782)
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia.'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)
7. Orang-orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat.'" (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' radliyallaahu 'anhu, bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan.'" (Shahih Muslim no. 2733)
9. Orang-orang yang berinfak. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak.' Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit.'" (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)
10. Orang yang makan sahur. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur." (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
11. Orang yang menjenguk orang sakit. Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh." (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")
12. Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily radliyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain." (dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)
Maraji':
Disarikan dari buku Orang-Orang yang Didoakan Malaikat, Syaikh Fadhl Ilahi, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005
Monday, August 24, 2009
DOA SHOLAT TARAWIH DAN WITIR
DOA SHOLAT TARAWIH
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا بِاْلإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ، وَلِفَرَائِضِكَ مُؤَدِّيْنَ، وَعَلَى الصَّلَوَاتِ مُحَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ، وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِى الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِى اْلآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَبِالنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلاَيَا صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ e يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَعَلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ، وَفِى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرَةِ الكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَبِحُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفَّيْنِ شَارِبِيْنَ، بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِيْنٍ، مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ.
Sunday, August 16, 2009
PETAI TUMIS TERI
PETAI TUMIS TERI
BAHAN:
200 gr ikan teri besar
1 sdt air jeruk nipis
minyak goreng secukupnya
2 papan petai, belah dua memanjang
BUMBU:
8 cabai merah
10 cabai rawit merah
6 butir bawang merah
5 siung bawang putih
1 batang serai, memarkan
2 cm jahe, memarkan
3 lembar daun jeruk
1/4 sdt merica bubuk
1 sdm kecap manis
1 sdt kaldu bubuk rasa ayam
1 buah (75 gr) tomat merah, bagi 8
CARA MEMBUAT:
1. Lumuri ikan teri dengan air jeruk, diamkan sebentar (3 menit).
2. Panaskan minyak, goreng teri sampai matang dan agak kering angkat, tiriskan.
3. Tumbuk agak kasar cabai merah, rawit merah, bawang merah, dan bawang putih.
4. Panaskan 3 sdm minyak goreng, tumis bumbu yang telah ditumbuk, masukkan serai, jahe, daun jeruk, merica bubuk, dan teri, aduk rata. Tambahkan dengan kecap manis dan kaldu bubuk, aduk sebentar. Masukkan tomat dan petai, masak sampai semua bumbu meresap, angkat.
5. Sajikan dengan nasi putih hangat.
Untuk: 6 orang
BAHAN:
200 gr ikan teri besar
1 sdt air jeruk nipis
minyak goreng secukupnya
2 papan petai, belah dua memanjang
BUMBU:
8 cabai merah
10 cabai rawit merah
6 butir bawang merah
5 siung bawang putih
1 batang serai, memarkan
2 cm jahe, memarkan
3 lembar daun jeruk
1/4 sdt merica bubuk
1 sdm kecap manis
1 sdt kaldu bubuk rasa ayam
1 buah (75 gr) tomat merah, bagi 8
CARA MEMBUAT:
1. Lumuri ikan teri dengan air jeruk, diamkan sebentar (3 menit).
2. Panaskan minyak, goreng teri sampai matang dan agak kering angkat, tiriskan.
3. Tumbuk agak kasar cabai merah, rawit merah, bawang merah, dan bawang putih.
4. Panaskan 3 sdm minyak goreng, tumis bumbu yang telah ditumbuk, masukkan serai, jahe, daun jeruk, merica bubuk, dan teri, aduk rata. Tambahkan dengan kecap manis dan kaldu bubuk, aduk sebentar. Masukkan tomat dan petai, masak sampai semua bumbu meresap, angkat.
5. Sajikan dengan nasi putih hangat.
Untuk: 6 orang
KERING TEMPE DAN TERI
KERING TEMPE DAN TERI
500 gr tempe, iris 1 x 1 x 4 cm
100 gr teri nasi
3 buah cabai merah, buang bijinya, iris halus
100 gr gula merah
2 lembar daun salam
1 batang serai, memarkan
2 mata asam jawa
minyak goreng secukupnya
1 sdt kaldu bubuk rasa ayam
BUMBU HALUS:
6 siung bawang putih
6 buah cabai merah
2 sdm ebi, rendam air hangat, tiriskan
2 cm jahe
garam secukupnya
CARA MEMBUAT:
1. Panaskan minyak, goreng tempe dan teri sampai kering, angkat, tiriskan.
2. Panaskan 2 sdm minyak, tumis bumbu halus hingga harum. Masukkan cabai merah, gula merah, serai, asam jawa, daun salam, dan sedikit air. Masak hingga gula meletup-letup.
3. Masukkan tempe dan teri, aduk rata sampai bumbu tercampur rata, angkat.
Untuk: 5 porsi
500 gr tempe, iris 1 x 1 x 4 cm
100 gr teri nasi
3 buah cabai merah, buang bijinya, iris halus
100 gr gula merah
2 lembar daun salam
1 batang serai, memarkan
2 mata asam jawa
minyak goreng secukupnya
1 sdt kaldu bubuk rasa ayam
BUMBU HALUS:
6 siung bawang putih
6 buah cabai merah
2 sdm ebi, rendam air hangat, tiriskan
2 cm jahe
garam secukupnya
CARA MEMBUAT:
1. Panaskan minyak, goreng tempe dan teri sampai kering, angkat, tiriskan.
2. Panaskan 2 sdm minyak, tumis bumbu halus hingga harum. Masukkan cabai merah, gula merah, serai, asam jawa, daun salam, dan sedikit air. Masak hingga gula meletup-letup.
3. Masukkan tempe dan teri, aduk rata sampai bumbu tercampur rata, angkat.
Untuk: 5 porsi
SAMBAL GORENG HATI AYAM
SAMBAL GORENG HATI AYAM
BAHAN:
12 buah hati ayam, cuci bersih, tiriskan
50 gram kapri
1 buah cabai merah, iris tipis serong
500 ml santan dari 1/2 butir kelapa
250 ml santan dari 1/2 butir kelapa
4 lembar daun jeruk, 2 lembar daun salam, dan 2 batang serai, memarkan
1 sdm air asam jawa
8 sdm KECAP rasa manis
Minyak goreng secukupnya
BUMBU HALUS:
10 buah cabai merah
10 butir bawang merah
6 siung bawang putih
2 sdt garam
CARA MEMBUAT:
1.Panaskan 2 sendok makan minyak, tumis cabai merah sebentar, angkat.
2.Panaskan sedikit minyak, tumis bumbu halus hingga harum. Masukkan hati ayam, daun jeruk, daun salam, serai, dan air asam jawa. Tambahkan santan encer, didihkan.
3.Tambahkan santan kental dan KECAP BANGO rasa manis, masak hingga kelihatan berminyak, masukkan kapri, aduk rata, angkat.
4.Sajikan sebagai pe lengkap nasi langgi, taburi dengan irisan cabai merah goreng.
Untuk: 6 orang
BAHAN:
12 buah hati ayam, cuci bersih, tiriskan
50 gram kapri
1 buah cabai merah, iris tipis serong
500 ml santan dari 1/2 butir kelapa
250 ml santan dari 1/2 butir kelapa
4 lembar daun jeruk, 2 lembar daun salam, dan 2 batang serai, memarkan
1 sdm air asam jawa
8 sdm KECAP rasa manis
Minyak goreng secukupnya
BUMBU HALUS:
10 buah cabai merah
10 butir bawang merah
6 siung bawang putih
2 sdt garam
CARA MEMBUAT:
1.Panaskan 2 sendok makan minyak, tumis cabai merah sebentar, angkat.
2.Panaskan sedikit minyak, tumis bumbu halus hingga harum. Masukkan hati ayam, daun jeruk, daun salam, serai, dan air asam jawa. Tambahkan santan encer, didihkan.
3.Tambahkan santan kental dan KECAP BANGO rasa manis, masak hingga kelihatan berminyak, masukkan kapri, aduk rata, angkat.
4.Sajikan sebagai pe lengkap nasi langgi, taburi dengan irisan cabai merah goreng.
Untuk: 6 orang
Subscribe to:
Posts (Atom)