Hari ini 20 tahun yang lalu, yaitu 24 Juni 1999 saya mendarat pertama kali di Abu Dhabi Airport. Udara di luar terasa sangat panas membara sekitar 45 derajat celsius seperti semangat 45-nya saya pada waktu itu pengin kerja di luar negeri. Juga sepanas suhu politik paska reformasi saat itu dan sepanas sidang MK paska Pilpres beberapa hari yang lalu.
Mencoba mengingat-ingat saat pertama kali bimbang dengan banyaknya pilihan hidup hingga akhirnya terdampar di gurun pasir sampai 2 dekade. Hidup adalah pilihan, alhamdulillah pada waktu itu banyak pilihan bagi saya tapi qadarulloh saya memilih berangkat ke Emirat di antara beberapa pilihan terbaik yang ada saat itu.
Tapi faktor yang paling menentukan adalah pentingya ‘keridhoan bapak dan ibu’. Di manapun bekerja asal bapak dan ibu ridho insya Alloh akan barokah dan bahagia. Memenuhi keinginan orang tua adalah salah satu bentuk bakti dan taatnya.
Bermodal surat keterangan lulus dari Akper Depkes RI Yogya dan sambil nunggu wisuda saya diterima bekerja di PT. Askes yang saat itu gajinya sudah lumayan tinggi dibanding dengan gaji PNS. Setelah 6 bulan kerja di sana dan merasa nyaman serta mau diangkat jadi pegawai tetap tiba-tiba bapak menyuruh saya test PNS di Jogja padahal sejak awal saya tidak pengin jadi PNS. Tapi demi keridhoan bapak dan ibu akhirnya saya turuti kemauannya dan akhirnya alhamdulillah saya lulus juga.
Sejak tahun 1996 saya kerja di RSUP Dr. Sarjito sebagai PNS, lama-kelamaan asyik juga kerja di sana walaupun gajinya pas-pasan. Banyak waktu luang dan jadwal yang fleksibel membuat saya banyak aktif di berbagai kegiatan sosial dan sempat kuliah di IKIP jurusan Psikologi walau belum sempat skripsi.
Tahun 1997-1998 adalah puncaknya krisis moneter di Indonesia dimana kurs dolar mencapai Rp. 15.000,00. Jadi waktu itu gaji PNS sangat rendah nilainya. Sempat kepikiran kalau punya uang dolar pasti beruntung sekali, bisa jadi OKB kaya mendadak.
Eh, kebetulan saat itu ada pengumuman test perekrutan tenaga perawat ke Emirat Arab dengan penawaran gaji pertama sebesar 540 Dollar AS, kalau dihitung kurs rupiah saat itu 1 dollar sekitar 12000 rupah maka sekitar 6 juta perbulan, lebih dari 10 kalinya gaji pns saat itu. Seingat saya gaji PNS saya sekitar Rp. 235.000,00 saja.
Singkat cerita saya lulus test dan rencana berangkat ke Emirat Arab sekitar bulan juni 1998. Pelatihan di Pondok Haji Jakarta dan passport semua sudah siap tapi ternyata sekitar mei 98 terjadi kerusuhan di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya sehingga keberangkatan di tunda sampai dengan waktu yang tidak jelas. Lebih dari 6 bulan tanpa kejelasan hingga hilang harapan kerja bergaji dollar.
Alhamdulilah ‘ala kulli hal, sebetulnya pns pun sudah memenuhi standar hidup di Jogja yang berhati nyaman, hingga terpaksa mereka-reka rencana berikutnya. Pilihan berikutnya adalah melanjutkan kuliah dan nikah.
Kebetulan awal tahun 1999 UGM resmi membuka program S1 PSIK di fakultas kedokteran, Alhamdulillah terpilih untuk tugas belajar dari Sardjito.
Sekitar akhir April 99 saya pulang kampung dan mengutarakan keinginan saya setelah gagal berangkat ke Arab yaitu untuk nikah saja dan kuliah. Di luar dugaan ternyata bapak tidak setuju kalau saya nikah dulu, alasannya belum cukup matang (uang) dan menyarankan untuk bersabar menunggu 1 tahun lagi sampai ada kejelasan tentang keberangkatan ke luar negeri, setelah itu baru boleh menikah. Padahal berbagai alasan logis dan kuat sudah saya utarakan. Tapi demi ridho orang tua saya harus nurut mereka, sembari terus berdoa semoga yang terbaik bagi masa depan saya.
Akhirnya setelah 2 bulan mengalir bagai air, pasrah dengan Yang Maha pembuat rencana, bi idznillah job offer dari Emirat datang juga beserta tiketnya.
Dan sabar telah membuahkan hasilnya dan memang indah pada waktunya.
Hari ini 24 Juni 1999, saat kuinjakkan kaki pertama kali di Abu Dhabi 20 tahun yang lalu dan sekarang masih di sini sampai hari ini, 24 Juni 2019.
Allohu musta’an.
No comments:
Post a Comment