NONTON FILM YES BUT… NO SARUNG PLEASE!!
Tahukah anda ? Kalau orang Indonesia pakai sarung pasti kebanyakan mereka pergi ke masjid atau mau tidur buat selimutan . Tapi di sini (Uni Emirat Arab) orang India memakai sarung bisa anda jumpai di mana saja, di Mall, di pasar, di jalan, di warung, di kebun, di rumah sakit, dah pokoknya di mana saja ada.
Sarung / lungi (baca:longgi) bagi sebagian besar orang India memang merupakan pakaian adat/ wajib sehari-hari, disamping praktis dipakai juga modelnya sederhana nggak neko-neko karena memang nggak bisa di ubah modelnya wong cuma “sarung” gitu, paling cuma warna atau motifnya saja yang berubah. Sarung sangat praktis dipakai dan juga tidak memnghambat mobilisasi, enak dipakai saat santai maupun kerja, bahkan tuk acara resmi juga bisa, juga bisa tuk berkebun atau tuk selimut tidur. Jadi memang bener-benar multi fungsi.
Di Emirat film India sangat digemari dan popular, disamping orang India sebagai penggemar utamanya ada juga orang arab yang hobby-nya nonton film India, bahkan ada stasiun TV arab khusus hanya memutar Film India lengkap dengan terjemahan bahasa arab dan kadang full Arabic dubbing namanya Zee Aflam TV. Jadi kalau ada film” India baru” mesti dipadati oleh orang India dan orang arab dengan prosentase 70 banding 30.
Kenapa kok pakai sarung dilarang nonton?
Biasanya orang arab menikmati weekend dengan seluruh anggota keluarganya , mereka biasanya ngumpul di taman, kafe, dan tentu saja ke bioskop nonton film . Bawa istri-istri (bagi yg double) dan anak-anaknya (termasuk ABG putrinya). Maka permasalahan berawal dari sini. Orang arab merasa risih melihat orang India ke Cinema cuma pakai sarung (padahal biasanya mereka juga pakai celana pendek atau sempak sebagai daleman). Kebalikannya Kalau orang lokal (arab) mereka pakai sarung juga tapi luarnya pakai kandoura (jubah) jadi nggak kelihatan, istilah kita sarung sebagai daleman aja tapi satu lagi yang perlu anda ketahui bahwa mereka nggak pernah pakai sempak/ cawat atau yang sejenisnya bahkan celana pendek jika mereka memakai kandoura. Nah lho ??
Menurut mereka ke bioskop dengan hanya memakai sarung “dianggap” “kelihatannya kurang sopan, agak norak dan terkesan kumuh. Sarung lebih pas untuk ke masjid atau untuk nyantai di rumah. Masih menurut mereka, kebanyakan mereka memakai sarung tidak sebagaimana mestinya yaitu terlalu tinggi jadi hampir setengah kakinya kelihatan, harusnya mereka memakai sarung sampai ke pergelangan kaki. Mereka merasa kurang nyaman dengan pemandangan seperti ini dimana disamping mereka para istri dan anak gadisnya ikut nonton.
Reaksi mereka ?
Kata mereka, sejak kecil kami memakai sarung, sarung adalah bagian dari kehidupan kami dan juga kami berpuluh-puluh tahun nonton film pakai sarung nggak jadi masalah, kenapa kok sekarang ada larangan pakai sarung ??? ini termasuk diskriminasi.
"Kalau mau adil, banyak juga cewek ABG yang pakaiannya sedikit terbuka dan terlihat sexy dan seronok ikutan nonton, sebaiknya mereka saja yang ditertibkan", katanya.
Menurut hemat penulis, pelarangan sarung masuk biskop punya alasan etika dan estetika, orang nonton film kok pakai sarung ??? nggak keren blass ya? kalau nontonnya di rumah sih pasti nggak jadi masalah, mungkin kalau di Indonesia dikira jamaah pengajian yang mau sholat taraweh ??? ha ha ha.
Kebanyakan mereka memakai sarung terlalu tinggi sehingga setengah kakinya terlihat, memang bagi mereka terasa lebih praktis, kalau pengin duduk tinggal dilipat dan diangkat sedikit di atas dengkul maka udah seperti celana kolor. Sekali lagi kalau pemandangan ini dilihat di sawah atau di kebun pasti nggak jadi masalah tapi ini di Mall di cinema.
Sekali lagi ini bukan India atau Indonesia dimana rok mini bisa bebas jalan jalan kemana saja, walaupun banyak turist dari Negara barat tapi mereka tetap diminta untuk menghormati adat local, itulah sebabnya begitu anda masuk pusat belanja ataupun pusat pelanyanan umum lainnya mesti anda melihat peringatan bahwa pengunjung harus memakai pakaian yang sopan, jadi sebebas apapun adat istiadat anda tetap harus menjaga etika, mungkin pepatah jawa ini pas maknanya ‘Deso mowo coro negoro mowo toto’ .
Jadi dengan alasan etika dan estetika cukuplah aturan larangan ke bioskop itu jadi sah. Wallohu a’lam
Sunday, November 13, 2011
Tuesday, September 28, 2010
Senyuman adalah Sedekah
Senyuman adalah Sedekah
Nabi Muhammad SAW bersabda: ”Senyummu terhadap saudaramu adalah sedekah.” Siapa sih yang belum pernah dengar hadist ini ? kayaknya nggak percaya dech kalau anda belum pernah dengar atau baca haidst ini. Hadist ini memang pendek dan sangat sederhana hingga sangat mudah sekali dihapal. Setelah dipelajari dan diamalkan ternyata khasiat senyum itu luar biasa manfaatnya, senyuman itu sedekah buat saudara kita, berawal dari senyuman berapa banyak yang tadinya kecewa menjadi bahagia, dari senyumanlah yang tadinya susah mendapatkan jodoh menjadi enteng jodohnya, dari senyuman yang tadinya angker menjadi damai, tersenyumlah karena dengan senyuman pertanda anda bahagia, saya sudah lama ingin berjumpa dengan sahabat saya yang selalu tersenyum kalau bertemu saya, rasanya kalau melihat wajah beliau semangat terus, sahabat saya selalu memberi nasihat jika kita susah untuk tersenyum maka bertemanlah dengan orang yang tersenyum maka kita akan terbawa untuk tersenyum.
Smile is the shortest distance between two people.
Senyum adalah jarak yang terdekat antara dua manusia .
Tuesday, April 27, 2010
Hadist-Hadist tentang Niat
Imam al-Bukhari berkata no. 54, "Abdullah bin Maslamah menceritakan kepada kami, ia berkata, "Malik mengabarkan kepada kami, dari Yahya bin Said, dari Muhammad bin Ibrahim, dari Al-qamah bin Waqqash, dari Umar bahwasanya Rasulullah bersabda,
"Segala amal tergantung pada niatnya dan bagi setiap orang adalah apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa (niat) hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya (benar-benar) kepada Allah dan Rasul-Nya dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ingin diraihnya atau perempuan yang akan dinikahinya, maka (nilai) hijrahnya tergantung kepada sesuatu yang ia berhijrah kepadanya" (Al-Bukhari menyebutkan secara ringkas no.1 dan lihat ujungnya di sana. Dikeluarkan oleh Muslim 1907, Abu Daud 2201, at Tirmidzi 1647, an-Nasa'i 1/58-60, 6/158 dan Ibnu Majah 4227)
"Ada satu pasukan menyerang ka'bah, tatkala mereka sampai di tanah lapang, mereka ditenggelamkan (ke dalam perut bumi) dari awal pasukan hingga yang paling akhir dari mereka." Dia (Aisyah) berkata, "Saya berkata, "Bagaimana ditenggelamkan dari yang paling pertama hingga yang paling akhir , padahal di dalamnya ada orang-orang pasar (para pedagang) dan yang bukan bagian dari mereka?" Beliau menjawab, 'Mereka ditenggelamkan (ke dalam perut bumi) dari yang paling pertama hingga yang paling akhir, kemudian mereka dibangkitkan menurut niat mereka." (Muslim mengeluarkan 2884, Ahmad 6/105-259, dan Abu Nu'aim dalam 'al-Hilyah5/12. al-Hafizh berkata dalam al-fath 4/4000, dan di dalam hadis ini (menunjukkan) bahwa segala amal dipandang menurut niat yang beramal dan larangan berkumpul bersama orang-orang dzalim, duduk-duduk bersama mereka serta memperbanyak jumlah mereka kecuali bagi yang terpaksa melakukan hal itu.
" Orang yang mencari perlindungan berlindung di Baitullah, maka seorang terntara delegator diutus kepada mereka. Apabila mereka telah berada di tanah lapang, mereka ditenggelamkan. 'Saya berkata, 'Wahai Rasulullah! Bagaimana dengan orang yang terpaksa?' beliau menjawab, 'Ia ditenggelamkan bersama mereka, tetapi ia akan dibangkitkan pada hari kiamat menurut niatnya." (At-Tirmidzi mengeluarkan 2171, Ibnu Majah 4065, dan selain keduanya. Ia seperti hadis sebelumnya. Terdapat dalam hadits Hafshah dalam riwayat Muslim 2883, An-Nasa'i 5/207, Ibnu Majah 4063. Al-Baida' adalah setiap bumi yang licin, tidak ada apapun. Baida al-Madinah: Bagian atas yang berhadapan Dzul Hulaifah menghadap ke arah Makkah.
Imam Muslim berkata 2564'34', "Amru an-Naqid menceritakan kepada kami, (ia berkata), 'Katsir bin Hisyam menceritakan kepada kami, (ia berkata), Ja'far bin Burqan menceritakan kepada kami, dari Yazid bin al-Asham, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada wajah dan harta kalian, tetapi Dia memandang kepada hati dan perbuatan kalian."
"Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang berperang karena mengharap pahala dan pujian, apakah yang didapatkannya? 'Rasulullah bersabda, 'Dia tidak mendapatkan apapun, beliau mengulanginya sebanyak tiga kali. Rasulullah berkata kepadanya, 'Dia tidak mendapatkan apapun', kemudian beliau bersabda, 'Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali yang ihlas dan mengharap Wajah Allah" (H.R An-Nasa'i (6/25)Isnadnya Hasan)
"Allah berfirman (dalam hadits qudsi) 'Apabila hambaku ingin melakukan kejahatan, maka janganlah kamu menulis kejahatan itu atasnya hingga ia melakukannya. Jika ia meninggalkannya karena Aku, maka tulislah untuknya satu kebaikan. Apabila ia ingin melaksanakannya kebaikan lalu ia tidak sempat melaksanakannya, maka tulislah untuknya satu kebaikan. Jika ia telah melaksanakannya, maka tulislah untuknya sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat." (H.R Bukhari no. 7501)
"Allah berfirman, 'Apabila seorang hambaKu berbicara akan melakukan kebaikan, maka Aku menuliskan kebaikan itu untuknya selama ia belum mengamalkannya. Apabila ia telah melakukannya, maka Aku menuliskannya dengan sepuluh kali lipat. Apabila ia berbicara agar melakukan kejahatan, maka Aku memberikan ampunan kepadanya selama ia belum melakukannya. Apabila ia telah melaksanakannya. Maka aku tuliskan untuknya sebagaimana mestinya." (HR. Muslim no 129)
"Rasulullah berkata, 'Rabbku, hamba-Mu ingin melakukan kejahatan' sedangkan Dia lebih mengetahui dengannya. Dia berfirman, 'Awasilah dia, jika ia melakukannya maka tulislah kejahatan itu baginya sebagai mana mestinya. Jika ia meninggalkannya maka tulislah untuknya satu kebaikan, sesungguhnya ia meninggalkannya karena Aku."
Dari berbagai sumber.
"Segala amal tergantung pada niatnya dan bagi setiap orang adalah apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa (niat) hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya (benar-benar) kepada Allah dan Rasul-Nya dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ingin diraihnya atau perempuan yang akan dinikahinya, maka (nilai) hijrahnya tergantung kepada sesuatu yang ia berhijrah kepadanya" (Al-Bukhari menyebutkan secara ringkas no.1 dan lihat ujungnya di sana. Dikeluarkan oleh Muslim 1907, Abu Daud 2201, at Tirmidzi 1647, an-Nasa'i 1/58-60, 6/158 dan Ibnu Majah 4227)
"Ada satu pasukan menyerang ka'bah, tatkala mereka sampai di tanah lapang, mereka ditenggelamkan (ke dalam perut bumi) dari awal pasukan hingga yang paling akhir dari mereka." Dia (Aisyah) berkata, "Saya berkata, "Bagaimana ditenggelamkan dari yang paling pertama hingga yang paling akhir , padahal di dalamnya ada orang-orang pasar (para pedagang) dan yang bukan bagian dari mereka?" Beliau menjawab, 'Mereka ditenggelamkan (ke dalam perut bumi) dari yang paling pertama hingga yang paling akhir, kemudian mereka dibangkitkan menurut niat mereka." (Muslim mengeluarkan 2884, Ahmad 6/105-259, dan Abu Nu'aim dalam 'al-Hilyah5/12. al-Hafizh berkata dalam al-fath 4/4000, dan di dalam hadis ini (menunjukkan) bahwa segala amal dipandang menurut niat yang beramal dan larangan berkumpul bersama orang-orang dzalim, duduk-duduk bersama mereka serta memperbanyak jumlah mereka kecuali bagi yang terpaksa melakukan hal itu.
" Orang yang mencari perlindungan berlindung di Baitullah, maka seorang terntara delegator diutus kepada mereka. Apabila mereka telah berada di tanah lapang, mereka ditenggelamkan. 'Saya berkata, 'Wahai Rasulullah! Bagaimana dengan orang yang terpaksa?' beliau menjawab, 'Ia ditenggelamkan bersama mereka, tetapi ia akan dibangkitkan pada hari kiamat menurut niatnya." (At-Tirmidzi mengeluarkan 2171, Ibnu Majah 4065, dan selain keduanya. Ia seperti hadis sebelumnya. Terdapat dalam hadits Hafshah dalam riwayat Muslim 2883, An-Nasa'i 5/207, Ibnu Majah 4063. Al-Baida' adalah setiap bumi yang licin, tidak ada apapun. Baida al-Madinah: Bagian atas yang berhadapan Dzul Hulaifah menghadap ke arah Makkah.
Imam Muslim berkata 2564'34', "Amru an-Naqid menceritakan kepada kami, (ia berkata), 'Katsir bin Hisyam menceritakan kepada kami, (ia berkata), Ja'far bin Burqan menceritakan kepada kami, dari Yazid bin al-Asham, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada wajah dan harta kalian, tetapi Dia memandang kepada hati dan perbuatan kalian."
"Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang berperang karena mengharap pahala dan pujian, apakah yang didapatkannya? 'Rasulullah bersabda, 'Dia tidak mendapatkan apapun, beliau mengulanginya sebanyak tiga kali. Rasulullah berkata kepadanya, 'Dia tidak mendapatkan apapun', kemudian beliau bersabda, 'Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali yang ihlas dan mengharap Wajah Allah" (H.R An-Nasa'i (6/25)Isnadnya Hasan)
"Allah berfirman (dalam hadits qudsi) 'Apabila hambaku ingin melakukan kejahatan, maka janganlah kamu menulis kejahatan itu atasnya hingga ia melakukannya. Jika ia meninggalkannya karena Aku, maka tulislah untuknya satu kebaikan. Apabila ia ingin melaksanakannya kebaikan lalu ia tidak sempat melaksanakannya, maka tulislah untuknya satu kebaikan. Jika ia telah melaksanakannya, maka tulislah untuknya sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat." (H.R Bukhari no. 7501)
"Allah berfirman, 'Apabila seorang hambaKu berbicara akan melakukan kebaikan, maka Aku menuliskan kebaikan itu untuknya selama ia belum mengamalkannya. Apabila ia telah melakukannya, maka Aku menuliskannya dengan sepuluh kali lipat. Apabila ia berbicara agar melakukan kejahatan, maka Aku memberikan ampunan kepadanya selama ia belum melakukannya. Apabila ia telah melaksanakannya. Maka aku tuliskan untuknya sebagaimana mestinya." (HR. Muslim no 129)
"Rasulullah berkata, 'Rabbku, hamba-Mu ingin melakukan kejahatan' sedangkan Dia lebih mengetahui dengannya. Dia berfirman, 'Awasilah dia, jika ia melakukannya maka tulislah kejahatan itu baginya sebagai mana mestinya. Jika ia meninggalkannya maka tulislah untuknya satu kebaikan, sesungguhnya ia meninggalkannya karena Aku."
Dari berbagai sumber.
Friday, March 5, 2010
Idul Adha tuk Sahabat.
Sekelumit tentang Idul Adha...
Habis nonton acara Barometer SCTV tentang korban-korban Facebook dan cyber crime update..
Tengah malam, hampir tidur..tiba-tiba pluk !! facebook kelip-kelip ada new message ..ada yang minta dikirimin email..tapi tentang Idul Adha seluk beluk sejarah dan hikmah didalamnya. Ups…minta email kok mutu banget ya..? terus terang baru kali ini mendapatkannya, facebooker hebat yang tahu ngambil manfaat..
Idul adha ? idul kurban ? ba'da besar ? hari raya potong kambing ? hari raya haji ? rukun iman ke lima ? hmmm nyate…
Idul Adha adalah salah satu dari dua hari raya yang ada dalam islam. Pada hari ini diperingati peristiwa kurban, yaitu ketika nabi Ibrahim, yang bersedia untuk mengorbankan putranya Ismail demi mentaati perintah Alloh, kemudian digantikan oleh-Nya dengan domba.
Pada hari raya ini, kaum muslimin berkumpul pada pagi hari dan melakukan sholat ied bersama-sama di tanah lapang, seperti ketika merayakan Idul Fitri. Setelah shalat, dilakukan penyembelihan hewan kurban .
Dibulan Dzulhijah ini kaum muslimin dari berbagai belahan dunia melaksanakan rukun Islam yang kelima. Ibadah haji adalah ritual ibadah yang mengajarkan persamaan di antara sesame, Islam tampak sebagai agama yang tidak mengenal status sosial. Kaya, miskin, pejabat, rakyat, kulit hitam ataupun kulit putih, rambut kriting atau lurus, ubanan atau botak semua memakai pakaian sederhana yang sama.
Pada hari itu, kaum muslimin selain dianjurkan melakukan shalat sunnah dua rekaat, juga dianjurkan untuk menyembelih binatang kurban bagi yang mampu.
Kok harus nyembelih kurban sih ?
jawabnya adalah bahwa ini termasuk ibadah khusus yang artinya harus mengikuti tata cara atau petunjuk dari Alloh dan Rosulnya, seperti halnya sholat, puasa ada tata caranya sendiri yang harus diikuti. Lain halnya ibadah umum yaitu ibadah yang tidak mempunyai aturan tertentu maksudnya yaitu segala perbuatan kita dalam kegiatan sehari-hari yang diniatkan karena Alloh saja, contohnya ibu masak tuk anak dan suami, nyetrika yang selemari, ngepel, chating nanyain resep yang enak biar suami ridha ( kalau semuanya di niatkan karena Alloh ) insya Alloh bernilai ibadah yang mendapat balasan di dunia langsung dari anak, suami dan semua orang yang mendapatkan manfaat dari kerja-kerja kita dan disamping itu Alloh mencatat sebagai amal kebaikan yang mendapat pahala.
Firman Alloh: Dan tidaklah diciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Alloh. Ayat ini bukan berarti jin dan manusia kerjaannya hanya sholat melulu, atau puasa aja, tetapi melaksanakan segala aktifitas kehidupan dari tidur sampai tidur lagi dengan mengharap ridhonya sesuai dengan rambu-rambunya maka ini semua akan bernilai pahala di sisi alloh.
Jadi singkatnya ya..memang harus menyembelih…bagi yang mampu.
Trus boleh nggak ganti uang atau dalam bentuk lain karena kondisi tertentu ?
Afdholnya memang harus nyembelih binatang kurban karena ini juga salah satu bentuk syiar Islam. Kalau memang niat berkurban ya memang harus menyembelih binatang, bukan menyembelih yang lainya (bukan anak sendiri seperti peristiwa asli Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail) ihhh ngeri dech…karena Alloh kayaknya nggak mungkin nggantiin domba kaya pas nabi Ismail disembelih, karena ketaqwaan kita jauh sekali dari ketakwaan Ibrahim dan Ismail.
Hakikat spiritualnya adalah bukan hewan atau darahnya yang sampai kepada Alloh tapi tingkat ketakwaan, kepatuhan, ketaatan, jiwa pengorbanan kita dalam memenuhi perintah Alloh dan rasulNya dengan ikhlas.
Manfaat dari ibadah kurban ini jelas sekali di masyarakat, istilah sekarang nya..ini katanya salah satu bentuk ibadah social demi mewujudkan kesalehan sosial, hari berbagi dengan orang yang jarang makan daging, sharing lah ..gitu..alangkah indahnya kalau orang sharing daging tidak hanya pas hari raya kurban tapi tiap hari..seperti ringannya kita ketika sharing video music, foto-foto, artikel di facebook..gitu kali ya..kalau suka masak daging biasanya cuma sharing fotonya aja..ini kayaknya nggak cukup. ..
Pada jaman Nabi dulu kalau ada seseorang yang masak daging enak dan kuahnya sampai tercium oleh tetangga sebelah maka tetangga sebelah itu berhak mencicipi makanan itu bukan sekedar baunya..coba kalau udah ada FB soo bukan sekedar fotonya…
Trus..? apa lagi ya ? kok susah bikin email kayak ginian mending ditanyain langsung pokok-pokoknya aja…
Ngantuk sih..insya Alloh bersambung ..tapi nunggu tanggapan dulu.
Sukran, wassalam
Habis nonton acara Barometer SCTV tentang korban-korban Facebook dan cyber crime update..
Tengah malam, hampir tidur..tiba-tiba pluk !! facebook kelip-kelip ada new message ..ada yang minta dikirimin email..tapi tentang Idul Adha seluk beluk sejarah dan hikmah didalamnya. Ups…minta email kok mutu banget ya..? terus terang baru kali ini mendapatkannya, facebooker hebat yang tahu ngambil manfaat..
Idul adha ? idul kurban ? ba'da besar ? hari raya potong kambing ? hari raya haji ? rukun iman ke lima ? hmmm nyate…
Idul Adha adalah salah satu dari dua hari raya yang ada dalam islam. Pada hari ini diperingati peristiwa kurban, yaitu ketika nabi Ibrahim, yang bersedia untuk mengorbankan putranya Ismail demi mentaati perintah Alloh, kemudian digantikan oleh-Nya dengan domba.
Pada hari raya ini, kaum muslimin berkumpul pada pagi hari dan melakukan sholat ied bersama-sama di tanah lapang, seperti ketika merayakan Idul Fitri. Setelah shalat, dilakukan penyembelihan hewan kurban .
Dibulan Dzulhijah ini kaum muslimin dari berbagai belahan dunia melaksanakan rukun Islam yang kelima. Ibadah haji adalah ritual ibadah yang mengajarkan persamaan di antara sesame, Islam tampak sebagai agama yang tidak mengenal status sosial. Kaya, miskin, pejabat, rakyat, kulit hitam ataupun kulit putih, rambut kriting atau lurus, ubanan atau botak semua memakai pakaian sederhana yang sama.
Pada hari itu, kaum muslimin selain dianjurkan melakukan shalat sunnah dua rekaat, juga dianjurkan untuk menyembelih binatang kurban bagi yang mampu.
Kok harus nyembelih kurban sih ?
jawabnya adalah bahwa ini termasuk ibadah khusus yang artinya harus mengikuti tata cara atau petunjuk dari Alloh dan Rosulnya, seperti halnya sholat, puasa ada tata caranya sendiri yang harus diikuti. Lain halnya ibadah umum yaitu ibadah yang tidak mempunyai aturan tertentu maksudnya yaitu segala perbuatan kita dalam kegiatan sehari-hari yang diniatkan karena Alloh saja, contohnya ibu masak tuk anak dan suami, nyetrika yang selemari, ngepel, chating nanyain resep yang enak biar suami ridha ( kalau semuanya di niatkan karena Alloh ) insya Alloh bernilai ibadah yang mendapat balasan di dunia langsung dari anak, suami dan semua orang yang mendapatkan manfaat dari kerja-kerja kita dan disamping itu Alloh mencatat sebagai amal kebaikan yang mendapat pahala.
Firman Alloh: Dan tidaklah diciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Alloh. Ayat ini bukan berarti jin dan manusia kerjaannya hanya sholat melulu, atau puasa aja, tetapi melaksanakan segala aktifitas kehidupan dari tidur sampai tidur lagi dengan mengharap ridhonya sesuai dengan rambu-rambunya maka ini semua akan bernilai pahala di sisi alloh.
Jadi singkatnya ya..memang harus menyembelih…bagi yang mampu.
Trus boleh nggak ganti uang atau dalam bentuk lain karena kondisi tertentu ?
Afdholnya memang harus nyembelih binatang kurban karena ini juga salah satu bentuk syiar Islam. Kalau memang niat berkurban ya memang harus menyembelih binatang, bukan menyembelih yang lainya (bukan anak sendiri seperti peristiwa asli Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail) ihhh ngeri dech…karena Alloh kayaknya nggak mungkin nggantiin domba kaya pas nabi Ismail disembelih, karena ketaqwaan kita jauh sekali dari ketakwaan Ibrahim dan Ismail.
Hakikat spiritualnya adalah bukan hewan atau darahnya yang sampai kepada Alloh tapi tingkat ketakwaan, kepatuhan, ketaatan, jiwa pengorbanan kita dalam memenuhi perintah Alloh dan rasulNya dengan ikhlas.
Manfaat dari ibadah kurban ini jelas sekali di masyarakat, istilah sekarang nya..ini katanya salah satu bentuk ibadah social demi mewujudkan kesalehan sosial, hari berbagi dengan orang yang jarang makan daging, sharing lah ..gitu..alangkah indahnya kalau orang sharing daging tidak hanya pas hari raya kurban tapi tiap hari..seperti ringannya kita ketika sharing video music, foto-foto, artikel di facebook..gitu kali ya..kalau suka masak daging biasanya cuma sharing fotonya aja..ini kayaknya nggak cukup. ..
Pada jaman Nabi dulu kalau ada seseorang yang masak daging enak dan kuahnya sampai tercium oleh tetangga sebelah maka tetangga sebelah itu berhak mencicipi makanan itu bukan sekedar baunya..coba kalau udah ada FB soo bukan sekedar fotonya…
Trus..? apa lagi ya ? kok susah bikin email kayak ginian mending ditanyain langsung pokok-pokoknya aja…
Ngantuk sih..insya Alloh bersambung ..tapi nunggu tanggapan dulu.
Sukran, wassalam
Wednesday, February 17, 2010
Siapa Menanam Pasti Menuai
Siapa Menanam Pasti Menuai
Sabar Swaiyah ya Humar…
Suatu siang ba'da dhuhur saya dimintai tolong tetangga sebelah untuk memperbaiki komputer. Habis sholat kita pun langsung menuju ke rumahnya, kebetulan pintu utama rumah dikunci dari dalam. Kemudian dia memanggil anaknya yang ada di dalam supaya membukakan pintu. Dan bergegaslah anak itu berlari dan segera membukakan pintu, tapi setelah lebih dari satu menit ternyata pintu tak kunjung terbuka. Bapaknya pun berteriak ..ya''lah sur'ah..(ayo ..cepetan)..mungkin karena terlalu lama menunggu dan sedikit malu pada saya , maka dia terus teriak..supaya pintu cepat dibuka..tapi apalah daya karena anaknya baru sekitar 4 tahunan, bapaknya pun masih berteriak ayo cepetan !! dan anak itupun menjawab ''sabar ya humar". (artinya sabar ya donkey..(keledai)..seketika itu merah padamlah mukanya..bukan marah pada anaknya tapi malu pada saya..karena jawaban anaknya yang tak terduga dahsyatnya..sabar ya..humarrr…
Suatu hari beberapa bulan yang lalu terjadi juga dengan istriku,..
Kami punya tiga anak, umur sekitar 4, 5 dan 6 tahun, mereka sedang aktif-aktifnya bermain dan memang anak seumuran mereka proses perkembangan motoriknya sangat progresif sehingga kita harus selau mengawasinya. Semua gerak-gerik selalu membuat kami was-was, sering mereka terjatuh dan terluka bahkan pernah sampai gigi depannya putus. Gemes dech.. semakin dilarang semakin ehh semakin semangat ..so..karena semakin gemesnya dan mungkin juga sebagai pelajaran biar kapok..…jika diantara mereka terjatuh kita nyukurin..dan berkata…'sedaaapppp' dibilangin nggak mau..nah baru tahu rasa sekarang ??!!
Hingga menjadi kebiasaan kalau ada yang jatuh maka antara mereka pun saling olok sambil berkata "sedaaaaappp".
Nah ini inti ceritanya…
Suatu sore istriku memandikan mereka bertiga di kamar mandi dan memang dasar anak-anak ya..jelas susah diatur..main air semprot sana semprot sini…istriku pun memandikan sambil ngomel-ngomel, saat itulah istriku nggak tahu nginjak apa..tiba-tiba gedebuk..terjatuh di lantai kamar mandi..kayaknya sih sakit betulan..dan anakpun bersorak..kurr bareng-bareng,…sedaaaappp.. dan akupun tertawa..ha .ha ..ha..
Siapa menanam pasti menuai ..mungkin in pepatah yang agak pas..walaupun tidak semakna dengan maksud aslinya.
Coba kalau diajarin tuk berkata-kata yang baik dan islami: Innalillahi wa ina ilaihi roji’un
Membiasakan sesuatu yang baik kepada anak sejak dini kayaknya sih gampang-gampang susah, tapi kalau kita telaten atau kurang peduli dengan yang beginian yaa..hasilnya seperti cerita lucu dan memalukan seperti yang di atas. Mengajarkan anak-ucapan ucapan yang baik saat seumuran 5 tahun adalah sangat penting seperti pentingnya kita ngajarin ngomong bahasa ibu dengan kosa kata yang baru. Kalimat toyibah sederhana seperti Alhamdulillah sebagai tanda syukur, subhanalloh, masya Alloh tuk sesuatu yang menakjubkan, Allohu akbar tuk nambah semangat atau banyak lagi yang lainnya. Coba banyangkan suatu pagi anak-anak kita saaat jalan-jalan di taman berkata: “lihat pa/ma, masya alloh indahnya bunga ini”. Atau mungkin pas kita terjatuh spontan anak kita bilang innalillahi wa ina ilaihi roji’un..
Yuk..kita coba lagi..
Sabar Swaiyah ya Humar…
Suatu siang ba'da dhuhur saya dimintai tolong tetangga sebelah untuk memperbaiki komputer. Habis sholat kita pun langsung menuju ke rumahnya, kebetulan pintu utama rumah dikunci dari dalam. Kemudian dia memanggil anaknya yang ada di dalam supaya membukakan pintu. Dan bergegaslah anak itu berlari dan segera membukakan pintu, tapi setelah lebih dari satu menit ternyata pintu tak kunjung terbuka. Bapaknya pun berteriak ..ya''lah sur'ah..(ayo ..cepetan)..mungkin karena terlalu lama menunggu dan sedikit malu pada saya , maka dia terus teriak..supaya pintu cepat dibuka..tapi apalah daya karena anaknya baru sekitar 4 tahunan, bapaknya pun masih berteriak ayo cepetan !! dan anak itupun menjawab ''sabar ya humar". (artinya sabar ya donkey..(keledai)..seketika itu merah padamlah mukanya..bukan marah pada anaknya tapi malu pada saya..karena jawaban anaknya yang tak terduga dahsyatnya..sabar ya..humarrr…
Suatu hari beberapa bulan yang lalu terjadi juga dengan istriku,..
Kami punya tiga anak, umur sekitar 4, 5 dan 6 tahun, mereka sedang aktif-aktifnya bermain dan memang anak seumuran mereka proses perkembangan motoriknya sangat progresif sehingga kita harus selau mengawasinya. Semua gerak-gerik selalu membuat kami was-was, sering mereka terjatuh dan terluka bahkan pernah sampai gigi depannya putus. Gemes dech.. semakin dilarang semakin ehh semakin semangat ..so..karena semakin gemesnya dan mungkin juga sebagai pelajaran biar kapok..…jika diantara mereka terjatuh kita nyukurin..dan berkata…'sedaaapppp' dibilangin nggak mau..nah baru tahu rasa sekarang ??!!
Hingga menjadi kebiasaan kalau ada yang jatuh maka antara mereka pun saling olok sambil berkata "sedaaaaappp".
Nah ini inti ceritanya…
Suatu sore istriku memandikan mereka bertiga di kamar mandi dan memang dasar anak-anak ya..jelas susah diatur..main air semprot sana semprot sini…istriku pun memandikan sambil ngomel-ngomel, saat itulah istriku nggak tahu nginjak apa..tiba-tiba gedebuk..terjatuh di lantai kamar mandi..kayaknya sih sakit betulan..dan anakpun bersorak..kurr bareng-bareng,…sedaaaappp.. dan akupun tertawa..ha .ha ..ha..
Siapa menanam pasti menuai ..mungkin in pepatah yang agak pas..walaupun tidak semakna dengan maksud aslinya.
Coba kalau diajarin tuk berkata-kata yang baik dan islami: Innalillahi wa ina ilaihi roji’un
Membiasakan sesuatu yang baik kepada anak sejak dini kayaknya sih gampang-gampang susah, tapi kalau kita telaten atau kurang peduli dengan yang beginian yaa..hasilnya seperti cerita lucu dan memalukan seperti yang di atas. Mengajarkan anak-ucapan ucapan yang baik saat seumuran 5 tahun adalah sangat penting seperti pentingnya kita ngajarin ngomong bahasa ibu dengan kosa kata yang baru. Kalimat toyibah sederhana seperti Alhamdulillah sebagai tanda syukur, subhanalloh, masya Alloh tuk sesuatu yang menakjubkan, Allohu akbar tuk nambah semangat atau banyak lagi yang lainnya. Coba banyangkan suatu pagi anak-anak kita saaat jalan-jalan di taman berkata: “lihat pa/ma, masya alloh indahnya bunga ini”. Atau mungkin pas kita terjatuh spontan anak kita bilang innalillahi wa ina ilaihi roji’un..
Yuk..kita coba lagi..
Tuesday, February 9, 2010
Meraih Pahala dari Fitnah Harta dan Anak
Oleh: Dr. Attabiq Luthfi, MA
”Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu adalah fitnah dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Al-Anfal: 28)
Terdapat dua ayat di dalam Al-Qur’an yang menyebut harta dan anak sebagai fitnah, yaitu surah Al-Anfal ayat 28 dan surah At-Taghabun ayat 15, “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar”. Perbedaannya: pada surah Al-Anfal, Allah menggunakan redaksi pemberitahuan “ketahuilah”, sedangkan pada surah At-Taghabun menggunakan redaksi penegasan “sesungguhnya”. Namun ungkapan yang mengakhiri kedua ayat tersebut sama, yaitu “di sisi Allah-lah pahala yang besar”. Sehingga bisa dipahami bahwa fitnah harta dan anak bisa menjerumuskan ke dalam kemaksiatan, namun di sisi lain justru bisa menjadi peluang meraih pahala yang besar dari Allah swt. Dan makna yang kedua itulah yang dikehendaki oleh Allah, sehingga Allah mengingatkannya di akhir ayat yang berbicara tentang fitnah anak dan harta “dan di sisi Allah-lah pahala yang besar”.
Fitnah dalam kedua ayat ini bukan dalam arti Bahasa Indonesia, yaitu setiap perkataan yang bermaksud menjelekkan orang, seperti menodai nama baik atau merugikan kehormatannya. Tetapi fitnah yang dimaksud dalam konteks harta dan anak seperti yang dikemukakan oleh Asy-Syaukani adalah bahwa keduanya dapat menjadi sebab seseorang terjerumus dalam banyak dosa dan kemaksiatan, demikian juga dapat menjadi sebab mendapatkan pahala yang besar. Inilah yang dimaksud dengan ujian yang Allah uji pada harta dan anak seseorang. Fitnah di sini juga dalam arti bisa menyibukkan atau memalingkan dan menjadi penghalang seseorang dari mengingat dan mengerjakan amal taat kepada Allah, seperti yang digambarkan oleh Allah tentang orang-orang munafik sehingga Dia menghindarkan orang-orang beriman dari kecenderungan ini dalam firman-Nya, “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”. (Al-Munafiqun: 9). Rasulullah saw juga menyebut kedua kemungkinan ini dalam hadits Aisyah ra ketika beliau memeluk seorang bayi, ”Sungguh mereka (anak-anak) dapat menjadikan seseorang kikir dan pengecut, dan mereka juga adalah termasuk dari haruman Allah swt”.
Fitnah anak dalam arti bisa mengganggu dan menghentikan aktivitas seseorang pernah dirasakan juga oleh Rasulullah saw. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Daud dari Abu Buraidah bahwa ketika Rasulullah saw sedang menyampaikan khutbahnya kepada kami, tiba-tiba lewatlah kedua cucunya Hasan dan Husein mengenakan baju merah sambil berlari dan saling kejar mengejar. Begitu melihat kedua cucunya, Rasulullah kontan turun dari mimbar dan mengangkat keduanya seraya mengatakan, ”Maha Benar Allah dengan firman-Nya, ”Sesungguhnya harta dan anak-anak kamu adalah fitnah”. Aku tidak sabar melihat keduanya sampai aku menghentikan ceramahku dan mengangkat keduanya”. Dalam konteks ini, Ibnu Mas’ud mengajarkan satu doa yang tepat tentang harta dan anak. Beliau mengungkapkan, ”Janganlah kalian berdoa, dengan doa ini, ”Ya Allah, lindungilah kami dari fitnah”. Karena setiap kalian ketika pulang ke rumah akan mendapati harta, anak dan keluarganya bisa mengandungi fitnah, tetapi katakanlah, ”ya Allah aku berlindung kepada engkau dari fitnah yang menyesatkan”.
Secara korelatif tentang fitnah harta dan anak dalam surah At-Taghabun, Imam Ar-Razi dalam At-Tafsir Al-Kabir menyebutkan, karena anak dan harta merupakan fitnah, maka Allah memerintahkan kita agar senantiasa bertaqwa dan taat kepada Allah setelah menyebutkan hakikat fitnah keduanya, ”Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (At-Taghabun: 16). Apalagi pada ayat sebelumnya, Allah menegaskan akan kemungkinan sebagian keluarga berbalik menjadi musuh bagi seseorang, ”Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (At-Taghabun: 14)
Sedangkan tentang fitnah harta dan anak dalam surah Al-Anfal, Sayyid Quthb menyebutkan korelasinya dengan tema amanah ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”. (Al-Anfal: 27), bahwa harta dan anak merupakan objek ujian dan cobaan Allah swt yang dapat saja menghalang seseorang menunaikan amanah Allah dan Rasul-Nya dengan baik. Padahal kehidupan yang mulia adalah kehidupan yang menuntut pengorbanan dan menuntut seseorang agar mampu menunaikan segala amanah kehidupan yang diembannya. Maka melalui ayat ini Allah swt ingin memberi peringatan kepada semua khalifah-Nya agar fitnah harta dan anak tidak melemahkannya dalam mengemban amanah kehidupan dan perjuangan agar meraih kemuliaan hidup di dunia dan di akhirat. Dan inilah titik lemah manusia di depan harta dan anak-anaknya. Sehingga peringatan Allah akan besarnya fitnah harta dan anak diiringi dengan kabar gembira akan pahala dan keutamaan yang akan diraih melalui sarana harta dan anak.
Lebih jauh, korelasi ayat di atas dapat ditemukan dalam beberapa ayat yang lain. Al-Qurthubi misalnya, menemukan korelasinya dengan surah Al-Kahfi: 46 yang bermaksud, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”, bahwa harta kekayaan dan anak wajar menjadi perhiasan dunia yang menetramkan pemiliknya karena pada harta ada keindahan dan manfaat, sedangkan pada anak ada kekuatan dan dukungan. Namun demikian kedudukan keduanya sebagai perhiasan dunia hanyalah bersifat sementara dan bisa menggiurkan serta menjerumuskan. Maka sangat tepat jika ayat “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (At-Taghabun: 15) dan ayat “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”.(Al-Munafiqun: 9) menjadi pengingat jika kemudian terjadi harta dan anak justru menjauhkan pemiliknya dari Allah swt.
Berbeda dengan At-Thabari, ia memahami korelasi kontradiktif ayat ini dengan surah Ali Imran ayat 38, “Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”. Menurut Ath-Thabari, secara tekstual ayat ini bisa dipahami bertentangan dengan ayat yang memberi peringatan akan kemungkinan bahaya dan fitnah yang ditimbulkan dari harta dan anak. Padahal nabi Zakaria sendiri berdoa agar dikaruniakan keturunan yang banyak. Maka pemahaman yang cenderung kontradiktif ini diluruskan sendiri oleh Ath-Thabari dengan mengemukakan bahwa anak yang di pohon oleh Zakaria adalah anak keturunan yang shaleh yang bisa memberi manfaat di dunia dan akhirat. Sedangkan yang dikhawatirkan adalah kriteria harta dan anak yang justru melalaikan dari mengingat Allah swt seperti yang Allah tegaskan dalam salah satu firman-Nya, “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”. (Al-Munafiqun: 9). Dalam konteks ini, Nabi Muhammad sendiri pernah mendoakan harta dan anak yang banyak kepada sahabat Anas bin Malik ra, “Ya Allah perbanyaklah untuknya harta dan anak, dan berkahilah setiap apa yang Engkau anugerahkan kepadanya”.
Demikian keseimbangan yang diajarkan oleh Allah swt dalam menyikapi fitnah harta dan anak yang menduduki posisi tertinggi dari titik lemah manusia. Harta dan anak memiliki potensi yang sama dalam menghantarkan kepada kebaikan atau menjerumuskan seseorang kepada dosa dan kemaksiatan. Sudah sepantasnya peringatan Allah dalam konteks fitnah harta dan anak senantiasa yang sering kita ingat karena hanya peringatan Allah yang mencerminkan kasih sayang-Nya yang layak untuk diingat, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At-Tahrim:6).
”Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu adalah fitnah dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Al-Anfal: 28)
Terdapat dua ayat di dalam Al-Qur’an yang menyebut harta dan anak sebagai fitnah, yaitu surah Al-Anfal ayat 28 dan surah At-Taghabun ayat 15, “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar”. Perbedaannya: pada surah Al-Anfal, Allah menggunakan redaksi pemberitahuan “ketahuilah”, sedangkan pada surah At-Taghabun menggunakan redaksi penegasan “sesungguhnya”. Namun ungkapan yang mengakhiri kedua ayat tersebut sama, yaitu “di sisi Allah-lah pahala yang besar”. Sehingga bisa dipahami bahwa fitnah harta dan anak bisa menjerumuskan ke dalam kemaksiatan, namun di sisi lain justru bisa menjadi peluang meraih pahala yang besar dari Allah swt. Dan makna yang kedua itulah yang dikehendaki oleh Allah, sehingga Allah mengingatkannya di akhir ayat yang berbicara tentang fitnah anak dan harta “dan di sisi Allah-lah pahala yang besar”.
Fitnah dalam kedua ayat ini bukan dalam arti Bahasa Indonesia, yaitu setiap perkataan yang bermaksud menjelekkan orang, seperti menodai nama baik atau merugikan kehormatannya. Tetapi fitnah yang dimaksud dalam konteks harta dan anak seperti yang dikemukakan oleh Asy-Syaukani adalah bahwa keduanya dapat menjadi sebab seseorang terjerumus dalam banyak dosa dan kemaksiatan, demikian juga dapat menjadi sebab mendapatkan pahala yang besar. Inilah yang dimaksud dengan ujian yang Allah uji pada harta dan anak seseorang. Fitnah di sini juga dalam arti bisa menyibukkan atau memalingkan dan menjadi penghalang seseorang dari mengingat dan mengerjakan amal taat kepada Allah, seperti yang digambarkan oleh Allah tentang orang-orang munafik sehingga Dia menghindarkan orang-orang beriman dari kecenderungan ini dalam firman-Nya, “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”. (Al-Munafiqun: 9). Rasulullah saw juga menyebut kedua kemungkinan ini dalam hadits Aisyah ra ketika beliau memeluk seorang bayi, ”Sungguh mereka (anak-anak) dapat menjadikan seseorang kikir dan pengecut, dan mereka juga adalah termasuk dari haruman Allah swt”.
Fitnah anak dalam arti bisa mengganggu dan menghentikan aktivitas seseorang pernah dirasakan juga oleh Rasulullah saw. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Daud dari Abu Buraidah bahwa ketika Rasulullah saw sedang menyampaikan khutbahnya kepada kami, tiba-tiba lewatlah kedua cucunya Hasan dan Husein mengenakan baju merah sambil berlari dan saling kejar mengejar. Begitu melihat kedua cucunya, Rasulullah kontan turun dari mimbar dan mengangkat keduanya seraya mengatakan, ”Maha Benar Allah dengan firman-Nya, ”Sesungguhnya harta dan anak-anak kamu adalah fitnah”. Aku tidak sabar melihat keduanya sampai aku menghentikan ceramahku dan mengangkat keduanya”. Dalam konteks ini, Ibnu Mas’ud mengajarkan satu doa yang tepat tentang harta dan anak. Beliau mengungkapkan, ”Janganlah kalian berdoa, dengan doa ini, ”Ya Allah, lindungilah kami dari fitnah”. Karena setiap kalian ketika pulang ke rumah akan mendapati harta, anak dan keluarganya bisa mengandungi fitnah, tetapi katakanlah, ”ya Allah aku berlindung kepada engkau dari fitnah yang menyesatkan”.
Secara korelatif tentang fitnah harta dan anak dalam surah At-Taghabun, Imam Ar-Razi dalam At-Tafsir Al-Kabir menyebutkan, karena anak dan harta merupakan fitnah, maka Allah memerintahkan kita agar senantiasa bertaqwa dan taat kepada Allah setelah menyebutkan hakikat fitnah keduanya, ”Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (At-Taghabun: 16). Apalagi pada ayat sebelumnya, Allah menegaskan akan kemungkinan sebagian keluarga berbalik menjadi musuh bagi seseorang, ”Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (At-Taghabun: 14)
Sedangkan tentang fitnah harta dan anak dalam surah Al-Anfal, Sayyid Quthb menyebutkan korelasinya dengan tema amanah ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”. (Al-Anfal: 27), bahwa harta dan anak merupakan objek ujian dan cobaan Allah swt yang dapat saja menghalang seseorang menunaikan amanah Allah dan Rasul-Nya dengan baik. Padahal kehidupan yang mulia adalah kehidupan yang menuntut pengorbanan dan menuntut seseorang agar mampu menunaikan segala amanah kehidupan yang diembannya. Maka melalui ayat ini Allah swt ingin memberi peringatan kepada semua khalifah-Nya agar fitnah harta dan anak tidak melemahkannya dalam mengemban amanah kehidupan dan perjuangan agar meraih kemuliaan hidup di dunia dan di akhirat. Dan inilah titik lemah manusia di depan harta dan anak-anaknya. Sehingga peringatan Allah akan besarnya fitnah harta dan anak diiringi dengan kabar gembira akan pahala dan keutamaan yang akan diraih melalui sarana harta dan anak.
Lebih jauh, korelasi ayat di atas dapat ditemukan dalam beberapa ayat yang lain. Al-Qurthubi misalnya, menemukan korelasinya dengan surah Al-Kahfi: 46 yang bermaksud, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”, bahwa harta kekayaan dan anak wajar menjadi perhiasan dunia yang menetramkan pemiliknya karena pada harta ada keindahan dan manfaat, sedangkan pada anak ada kekuatan dan dukungan. Namun demikian kedudukan keduanya sebagai perhiasan dunia hanyalah bersifat sementara dan bisa menggiurkan serta menjerumuskan. Maka sangat tepat jika ayat “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (At-Taghabun: 15) dan ayat “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”.(Al-Munafiqun: 9) menjadi pengingat jika kemudian terjadi harta dan anak justru menjauhkan pemiliknya dari Allah swt.
Berbeda dengan At-Thabari, ia memahami korelasi kontradiktif ayat ini dengan surah Ali Imran ayat 38, “Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”. Menurut Ath-Thabari, secara tekstual ayat ini bisa dipahami bertentangan dengan ayat yang memberi peringatan akan kemungkinan bahaya dan fitnah yang ditimbulkan dari harta dan anak. Padahal nabi Zakaria sendiri berdoa agar dikaruniakan keturunan yang banyak. Maka pemahaman yang cenderung kontradiktif ini diluruskan sendiri oleh Ath-Thabari dengan mengemukakan bahwa anak yang di pohon oleh Zakaria adalah anak keturunan yang shaleh yang bisa memberi manfaat di dunia dan akhirat. Sedangkan yang dikhawatirkan adalah kriteria harta dan anak yang justru melalaikan dari mengingat Allah swt seperti yang Allah tegaskan dalam salah satu firman-Nya, “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”. (Al-Munafiqun: 9). Dalam konteks ini, Nabi Muhammad sendiri pernah mendoakan harta dan anak yang banyak kepada sahabat Anas bin Malik ra, “Ya Allah perbanyaklah untuknya harta dan anak, dan berkahilah setiap apa yang Engkau anugerahkan kepadanya”.
Demikian keseimbangan yang diajarkan oleh Allah swt dalam menyikapi fitnah harta dan anak yang menduduki posisi tertinggi dari titik lemah manusia. Harta dan anak memiliki potensi yang sama dalam menghantarkan kepada kebaikan atau menjerumuskan seseorang kepada dosa dan kemaksiatan. Sudah sepantasnya peringatan Allah dalam konteks fitnah harta dan anak senantiasa yang sering kita ingat karena hanya peringatan Allah yang mencerminkan kasih sayang-Nya yang layak untuk diingat, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At-Tahrim:6).
Subscribe to:
Posts (Atom)